Jika kita melihat diri sendiri dan merenung siapa diri kita, sudahkah
kita mengenal diri kita sendiri dengan ma’rifah yang mendalam… ini
merupakan pertanyaan besar yang patut kita renungkan. Sejauh mana kita
mengenal diri sendiri sedalam itulah kita mengenal Sang Pencipta, sebuah
ungkapan menyebutkan “Siapa mengenal diri sendiri maka dia akan
mengenal Tuhannya”.
Proses kehidupan manusia dimulai dari alam rahim, Allah akan
meniupkan ruh pada saat kandungan berusia 120 hari, kemudian ketika
kehidupan alam rahim sampai dengan sembilan bulan sepuluh hari, terlahir
ke dunia seorang bayi yang suci. Tahapan kehidupan akan terus berlanjut
dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai nanti saat
kematian menjemput.
Untuk menapaki kehidupan yang keras membutuhkan segala sesuatu yang
bersifat materiil maupun spiritual, kitalah yang menentukan berapa
banyak porsi yang harus kita laksanakan, manajemen waktu sangat
diperlukan agar dapat hidup secara tawazun. Apabila kita mendewakan uang
maka arah kehidupan akan tertuju pada uang, karena dengan uang pasti
semua urusan akan selesai, apakah hanya uang kita cari …?? Seberapa
banyak uang yang kita peroleh..??
Jika kita sadari sesungguhnya kehidupan dunia adalah ibadah sesuai
dengan firman Allah dalam surat 51: 56 “Tidaklah aku ciptakan jin dan
manusia, kecuali untuk beribadah kepadaku”, dan Allah memberikan dua
jalan yaitu jalan baik atau buruk…, manakah yang kita akan pilih dan
lalui..?? Dua pilihan tersebut dengan tujuan sukses atau gagal.
Hal ini yang patut kita untuk merenung sesungguhnya Hidup adalah
untuk menapaki jalan menuju kematian dan kehidupan sesudah kematian.
Kematian begitu dekat, kita tidak akan tahu kapan kita akan mati,
mungkin tahun depan, mungkin lusa, mungkin besok atau mungkin malam ini.
Dalam sebuah hadits yang disebutkan “Orang yang berakal adalah orang
yang menghisab dirinya, yang beramal untuk hari kematian. Orang yang
kurang berhitung adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya,
berangan-angan bahwa Allah selalu mengampuni dan memaafkannya (HR
Tirmidzi).
Marilah kita muhasabah mulai saat ini “Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab” (Umar bin Khattab), wa allahu a’lam bi showab.
0 Comments